PROSES modernisasi atas nama pembangunan telah meninggalkan jejak panjang kerusakan lingkungan hidup. Atas nama pembangunan, manusia melegitimasi segala tingkah lakunya memanfaatkan alam untuk keuntungan sesaat. Kini, ketika isu lingkungan menjadi persoalan global, sudah sepatutnya setiap manusia memikirkan kembali arti pembangunan.
Gunung yang dulu rimbun dan kaya akan keanekaragaman hayati kini telah banyak berubah. Gunung ash ditumbuhi pohon, kini banvak ditebangi masyarakat sekitar dan para pengusaha. Ambillah contoh di Jatinangor, Gunung Geulis
yang dulunya hijau kini bagaikan lapangan bola, pepohonan kian jarang terlihat.
Proyek-proyek pembangunan perumahan mengorbankan sisi-sisi kelestarian lingkungan. Padahal, bencana longsor dan erosi bisa kapan saja terjadi ketika gunung tidak bisa lagi menyerap air, ketika pepohonannya sudah banvak ditebangi.
Pesisir laut yang termasuk daerah ekosistem terumbu karang sering menjadi pajangan belaka. Masyarakat dan pemerintah menjadi lupa arti penting daerah tersebut. Penangkapan ikan menggunakan racun sianida dan bom, serta pembuangan limbah ke laut menjadi bukti betapa tingginya ketidakpedulian terhadap lingkungan.
Seharusnya ada larangan pembangunan perumahan apalagi perumahan mewah di sekitar kaki gunung. Pemicunya, penebangan pohon yang tidak bertanggung jawab dan berikan penegakan hukum dan sanksi yang tegas bagi mereka yang melakukannya, sadarkan dan beri tahu kepada semua pelajar di negeri ini untuk menghemat penggunaan kertas. Untuk hal yang tidak terlalu penting bisa menggunakan kertas bolak-balik.
Melalui pengurangan penggunaan kertas, kita secara perlahan mengurangi ketergantungan terhadap kertas yang bahan bakunya dari pohon di hutan.
Alangkah lebih baiknya jika kertas-kertas hasil fotokopian dan bekas tugas kuliah tidak dibakar, tapi dijual ataupun disumbangkan kepada pihak-pihak yang bisa mendaur ulang kertas tersebut.
Ajak para penjual racun sianida dan bom penangkap ikan duduk bersama. Banvak yang tidak sadar apa dampak mereka menjual barang tersebut, jelaskan kerugian jangka panjangnya. Kepada industri yang membuang limbahnya ke laut, akan usulkan pencabutan izin usahanya.
Kerusakan lingkungan terutama ekosistem terumbu karang yang disebabkan oleh industri besar dari hasil buangan limbah mereka, secara tidak langsung telah menenggelamkan nelayan dalam )urang kemiskinan.
Rusaknya terumbu karang akan menghilangkan tempat ikan untuk mencari makan, maka terjadilah kelangkaan hasil tangkapan ikan bagi nelayan.
Sudah sepatutnya kita masyarakat, baik itu mahasiswa, pengusaha, masyarakat lokal, maupun pemerintah kembali menanamkan kesadaran bahwa pembangunan tidak harus mengesampingkan kelestarian lingkungan. Lingkungan bukanlah hanya milik generasi ini, tetapi lingkungan juga adalah milik generasi yang akan datang.
No comments:
Post a Comment